Resensi Buku
‘Setipis’ Buku Mengenai Manis Pahit Kehidupan
Judul Buku : Jangan Berkedip―Kumpulan Cerita Sangat Pendek Yang Mengejutkan
Penulis : Primadonna Angela Mertoyono & Isman Hidayat Suryaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: April 2006
Tebal : 200 halaman
Membaca adalah hal yang membosankan. Bagi sebagian besar masyarakat, hal tersebut memang benar adanya. Salah satu penyebabnya adalah karena membaca diidentikkan dengan tulisan yang panjang lebar yang mengundang sebagai pengantar tidur yang super efektif, bukannya sebagai bahan hiburan.
Menyadari hal tersebut, kedua penulis yang merupakan pasangan suami-istri yang menetap di Bandung tersebut membuat suatu kumpulan cerita pendek yang merupakan buku kolaborasi pertama mereka. Dilandaskan pengalaman menjadi penulis profesional selama bertahun-tahun, baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, novel maupun cerita pendek, kumpulan cerita pendek ini menjadi bacaan yang sangat menarik.
Primadonna Angela, yang memulai kariernya dengan menulis cerpen di berbagai majalah remaja, saat ini lebih banyak bergelut dalam menulis novel remaja. Beberapa bukunya sudah dicetak ulang beberapa kali, antara lain Belanglicious (2006) dan Quarter Life Fear (2006). Selain itu, dirinya juga dekat dengan penggemarnya melalui forum maupun blog di internet. Sedangkan Isman Hidayat, yang merupakan lulusan Teknik Informatika, bergelut dalam jurnalisme online dan copy-writing. Dirinya pun sudah menerbitkan kumpulan esainya ‘Bertanya atau Mati!’ (2004) yang bertema humor dan sebuah buku petunjuk menarik berjudul ‘Tujuh Dosa Besar (Penggunaan) PowerPoint’.
Buku yang setebal 200 halaman ini berisi 65 cerita pendek, atau lebih tepat bila disebut dengan flash fiction alias cerita kilat atau super pendek. Sesuai dengan judulnya, cerita-cerita yang dimasukkan dalam buku ini diceritakan ‘hanya’ dengan 1 hingga 600 kata. Ceritanya singkat namun memiliki kekuatan untuk menceritakan sesuatu yang ‘menggelitik’ dan ‘membekas’ bagi pembacanya meskipun hanya dibaca dalam waktu yang singkat.
Salah satu contoh yang ‘menggelitik’ dapat ditemukan pada sampul buku tersebut. Pada bagian depan terdapat gambar seorang wanita muda yang membawa handphone dan tas tangan ingin menyebrang jalan, ditarik tangannya dari belakang secara kasar oleh pemuda dengan penampilan berantakan. Perampokan? Tunggu sampai Anda membuka kuping (flap) sampul depan dan melihat gambarnya secara utuh. Kejadian sebenarnya yang terjadi adalah… Baca sendiri novelnya.
Layaknya sampul tersebut, cerita-cerita yang disajikan pun tidak jauh dari kesan tersebut. Membuat ‘wah’ dan ‘o’ bergema dalam kepala pembaca. Salah satunya yaitu ‘Semua yang Ingin Kaukatakan pada Cinta Pertamamu Saat Ia Tiba-Tiba Lewat di Hadapan Setelah Lima Tahun dan Tampak Sangat Menawan Tanpa Cincin di Jari Manisnya Apalagi dengan Sorotan Jingga Matahari Senja yang Membuatmu Mengharapkan Daun-Daun Ikut Berguguran Begitu Ia Berhenti Serta Menatapmu’.
Melihat judul karangan Isman yang panjang tersebut, pastilah pembaca merasa ‘janggal’ karena pada umumnya judul dibuat secara ringkas dan padat. Namun hal tersebut memang ‘sangat’ khas Isman yang humoris dan malah membuat pembaca makin terdorong untuk membaca karena kata-kata dalam judul tersebut sangat dekat dengan kehidupan. Hal tersebut akan makin tersadari ketika membaca satu kata yang merupakan satu-satunya kata yang menjadi isi cerita tersebut. Tertarik untuk tahu?
Salah satu cerita yang ‘menyahat’ hati dalam buku fiksi tersebut berjudul ‘Finalé’. Diambil dari sebutan dalam balet untuk gerakan akhir seorang pebalet. Cerita yang diawali dengan kata-kata yang ‘terlihat’ bersemangat tersebut ternyata malah mengiring pembaca ke suatu akhir di ‘lantai sepuluh’. Bingung? Bacalah.
Mirip dengan Isman yang humoris namun dengan gaya bercerita yang berbeda, Donna pun menyajikan cerita yang unik. Dalam ‘Namaku Monique Chayenne Deborah’, Donna menceritakan perempuan bernama tersebut yang mengetahui asal usul namanya yang ‘keren’ tersebut dan ternyata, setelah mengetahuinya menyesal karena sulit memutuskan masih tetap menganggapnya begitu atau tidak karena orang tuanya memberi nama tersebut dari merk celana dalam, Monique, sehingga namanya menjadi Monique Chayenne Deborah = Monique CD (Celana Dalam).
Meskipun ditulis dengan gaya yang unik dan menarik serta memberikan pembaca suatu pengetahuan baru mengenai gaya penulisan yang lain bahwa suatu cerita dapat ditulis hanya dengan satu kata dan ditambah lagi dengan bahasa yang baku namun tidak kaku, buku tersebut memiliki beberapa hal yang membuat pembaca merasa ‘tidak nyaman’. Mengingat banyaknya cerita yang digabungkan dalam 200 halaman tersebut serta bahwa tema yang diambil sangatlah luas yaitu mengenai kehidupan, seharusnya kedua penulis atau editor mampu menyusunnya dengan ‘teratur’ sehingga pembaca tidak merasa ‘kaget’ dengan perpindahan cerita yang sama sekali tidak berhubungan satu sama lainnya tersebut, apalagi mengingat bahwa cerita yang disajikan tersebut dimaksudkan untuk membuat orang ‘tidak berkedip’.
Perpindahan ‘kilat’ tersebut dapat dilihat ketika penulis menempatkan ‘Manajemen Angkara’ yang berkisah mengenai seseorang yang diharuskan menulis jurnal-jurnal pendek mengenai kehidupan sehari-harinya yang penuh dengan kemelut karena diharuskan mengikuti kelas pengendalian amarah, padahal sebelumnya menempatkan ‘Refleksi Cinta’ yang bercerita mengenai kecintaan seseorang perempuan pada bayangan dirinya sendiri.
Mungkin membaca memang membosankan. Mungkin membaca mengundang kantuk. Namun, ketika memegang dan membaca buku ini, kita tak perlu merasa bosan karena buku ini tidaklah tebal, bahkan tergolong kecil, serta diisi oleh cerita-cerita pendek yang sangat pendek yang menarik dan mengagetkan sehingga hampir tak mungkin kantuk akan datang menyerang. Siapkah Anda ‘Jangan Berkedip’?
No comments:
Post a Comment