Sunday, February 1, 2009

Godaan Mengincar, Tuhan Menolong

A. Kompetensi Dasar
Memahami bahwa godaan mengincar kehidupan dan Tuhan menolong manusia untuk mengatasi.

B. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Mengidentifikasi macam-macam godaan.
Menceritakan pengalaman menghadapi situasi ‘sulit’ yang membuat dirinya tergoda.
Mendeskripsikan arti godaan.
Mengidentifikasi cara Tuhan menolong manusia mengatasi godaan.
Membuat kegiatan yang menunjukan perubahan perilaku antarteman dalam rangka mengangkal godaan.
Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.

C. Landasan Pemikiran
Kemajuan dalam banyak hal di dunia berlangsung dengan cepat, namun sebagai manusia, kita makin mudah tergoda dengan janji-janji dan harapan-harapan yang serba mudah untuk mencari kenikmatan hidup. Untuk hal tersebut, orang-orang sering mendapatkannya melalui jalan pintas, seperti korupsi dan penipuan. Bahkan ada yang menjual kehormatan pribadi demi mengejar gengsi atau prestise.
Orang diberikan berbagai pilihan antara jalan pintas serta mudah dan jalan lambat namun tepat dan godaan tersebut pernah dialami oleh setiap orang. Mereka yang jatuh dalam godaan biasanya merasa khawatir, bimbang, bersalah, dan tertekan.
Godaan selalu menyerang melalui sisi-sisi lemah seseorang sehingga tidaklah mudah untuk menghalangnya. Orang menjadi ragu untuk mengambil suatu keputusan karena pilihan lainnya lebih menggoda dan menguntungkan diri pribadi meskipun tidak selayaknya. Dalam situasi tersebut, orang mengalami kesulitan untuk memelihara kedekatannya dengan Tuhan, serta tidak menyadari kehadiran Tuhan dalam hidupnya sehari-hari.
Sikap tersebut terdapat dalam diri setiap orang, termasuk kalangan remaja. Ketika menjadi remaja, perubahan fisik terjadi, begitu pula dengan keadaan psikisnya. Tujuan hidup yang ideal mulai direncanakan dan perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi perilaku hidup Anda dalam menghadapi godaan yang datang. Kecenderungannya yaitu seseorang akan lari dari perjuangan hidup dan kesulitan hidup.
Usaha yang dapat dikembangkan untuk menghadapi godaan hidup, antara lain:
1. bersikap tegas, menolak godaan tanpa kompromi atau keraguan, keraguan dapat disebabkan oleh:
· kesulitan mengambil tindakan berdasarkan keputusan itu sendiri,
· pemikiran akan masalah yang dianggap belum lengkap dan menyeluruh,
· perasaan takut gagal,
· keraguan dalam mengambil keputusan (antara fakta dan kata hati) sehingga takut bertindak;
2. berprinsip, mendahulukan prioritas utama yang hendak diambil berdasarkan fakta yang sudah dipertimbangkan;
3. bersikap kritis, peka dan hati-hati dalam menghadapi godaan agar keputusan yang diambil tidak keliru;
4. bersikap rendah hati, mengingat bahwa kita memiliki keterbatasan sehingga dapat menerima masukan dari orang lain;
5. mengikuti kegiatan rohani sehingga mampu menyadari kemampuan diri dan lebih menyadari kata hati sendiri.
Godaan didefinisikan sebagai suatu rangsangan untuk melakukan tindakan yang kurang pantas atau berbuat dosa sehingga hal tersebut belum merupakan dosa sebelum seseorang mengikuti rangsangan tersebut. Godaan selalu berkaitan dengan kepentingan pribadi dan deminya, orang rela mengorbankan hal-hal yang dimilikinya secara tidak manusiawi dan melanggar kepercayaannya.
Semua agama dan kepercayaan menyatakan bahwa godaan akan menyengsarakan, membinasakan orang. Mereka akan mengalami kematian abadi (dosa). Mengingat orang memiliki kelemahan, maka orang perlu memiliki suatu pegangan yang menjadi pusat dan tujuan hidupnya yaitu Tuhan. Dengan itu, mereka memiliki suatu patokan atau prinsip yang mereka pegang teguh sehingga tidak dapat dengan mudah begitu saja digoyahkan oleh godaan-godaan yang ada.
Kehidupan tidak akan lepas dari berbagai godaan, mulai dari hal-hal kecil dan sederhana, yang mampu menyebabkan kita terjatuh dalam kesalahan dan kejahatan. Hal tersebut dapat mengarah menjadi ketidakpedulian terhadap suara hati nurani, ajaran yang baik, serta keterbiasaan mewujudkan keinginan secara instan atau pintas.
Materi ini mengajak Anda untuk lebih sadar akan godaan yang selalu ada dalam kehidupan setiap orang dan dengan pertolongan Tuhan dan prinsip pribadi, dapat mengenali godaan yang ada dan mencoba mengatasinya.

D. Uraian Materi Pokok
· Macam-macam godaan.
· Situasi ‘sulit’ yang membuat orang mudah tergoda.
· Godaan selalu menyesatkan.
· Tuhan menolong manusia mengatasi godaan.
· Mengembangkan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan untuk menangkal godaan.

E. Narasi
KISAH HIDUP NYATA GADIS REMAJA 17 TAHUN DENGAN 7 ANAK KANDUNG

Remaja Putri 17 Tahun Asal Argentina Miliki Tujuh Anak Kandung dari 3 Pacar Yang Meninggalkannya

Kasus unik terjadi di Leones, Argentina. Remaja putri berusia 17 tahun memiliki tujuh anak kandung. Uniknya lagi, atau tragisnya, anak-anak itu memiliki tiga ayah berbeda yang saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Dalam salah satu fotonya, remaja putri bernama Pamela Villarruel itu terlihat seperti kakak yang bangga bersama tujuh adik-adiknya. Namun, mereka bukanlah adik-adiknya, melainkan anak-anak kandungnya.
Tujuh anak tersebut diperolehnya dalam tiga kelahiran. Dua di antara tiga kehamilannya memang kembar tiga. Kalangan kedokteran menyebut kasus Pamela itu sebagai "kelangkaan ilmu pengetahuan". Dia melahirkan anak pertama ketika berusia 14 tahun.
Kemudian, dia dua kali melahirkan bayi kembar tiga pada usia 15 tahun dan 16 tahun. "Setiap hari adalah perjuangan berat. Namun, saya tidak akan mengubahnya. Mereka adalah malaikat-malaikat kecil saya," katanya sebagaimana dikutip sunday mirror.co.uk
Yang unik, atau tragis, tiga kehamilan itu dia dapatkan setelah berhubungan badan dengan tiga lelaki berbeda. Kini, dia tidak tahu keberadaan tiga ayah anak-anak tersebut.
Dia mengakui bahwa merawat tujuh anak adalah pekerjaan melelahkan. Namun, dia merasa bahagia karena anak-anaknya sehat dan bahagia. "Saya berusaha menjadi ibu terbaik bagi mereka, sebisa yang saya lakukan," ujarnya.
Pamela adalah anak bungsu di antara enam bersaudara dari pasangan Jose dengan Magdalena. Sang ibu adalah seorang suster, sedangkan sang ayah cacat. Mereka tinggal di Leones, sebuah kota pertanian yang berjarak sekitar 480 kilometer dari ibu kota Argentina, Buenos Aires.
Kisah itu berawal saat Pamela berusia 12 tahun. Layaknya ABG (anak baru gede) lainnya, dia biasa ngerumpi dengan rekan-rekannya. Sampai, suatu saat dia bertemu dengan pemuda setempat dan jatuh cinta.
"Saya jatuh cinta dan ingin selalu dekat dengannya. Sampai-sampai, kami melakukan hubungan layaknya suami-istri," tuturnya. Hubungan tersebut mereka lakukan saat menjelang usia 13 tahun. Akibatnya, dia hamil.
Dia mengaku ketakutan saat itu. Untung, dia memiliki ibu yang bisa membantunya. Janin tersebut akhirnya digugurkan saat usia kandungnya masih tiga bulan.
Berbekal pengalaman pertama itu, Magdalena mengajari Pamela arti penting memakai alat kontrasepsi. Namun, hanya selang lima bulan kemudian, Pamela hamil lagi.
Kali kedua itu merupakan hasil hubungannya dengan pemuda lain yang berusia 17 tahun dan tinggal di kota tetangga. "Saya tidak mengira hamil lagi. Saya begitu naif karena mengira bisa selamanya bersama Miguel (pacar keduanya tersebut, Red)," terang Pamela.
Janin kedua itu dilahirkan pada Juni 2005, ketika dia berusia 14 tahun. Bayi laki-laki tersebut kemudian diberi nama Lisandro. "Miguel sempat mendampingi saya meski sangat sulit karena terus ditentang oleh keluarganya. Enam pekan kemudian, dia memilih mengikuti orang tuanya dan meninggalkan saya," ungkapnya polos.
Mengalami dua kali kehamilan karena hubungan yang kelewat batas tidak membuat Pamela memetik pelajaran. Beberapa saat setelah melahirkan, dia sudah terlihat dekat dengan pemuda lain yang berusia 18 tahun.
Hanya dalam waktu beberapa pekan setelah pertemuan dengan pemuda bernama Ariel Benitez itu, Pamela hamil lagi. "Kami begitu saling mencintai. Kami lepas kontrol sehingga lupa memakai alat kontrasepsi," ceritanya.
Yang membuat dia terkejut dan shock saat pemindaian, ada tiga janin dalam kehamilan itu. "Saya sulit percaya. Tidak ada kelahiran kembar dalam keluarga saya," terangnya.
Dia melahirkan bayi perempuan kembar tiga lewat operasi caesar pada Juli 2006. Mereka dinamai Ludmila, Macarena, dan Candela. "Benar-benar kelahiran yang sulit. Saya begitu menderita setelah itu. Sampai-sampai, saya berpikir akan meninggal," jelas dia.

Tak Ada Waktu Lagi Cari Pacar
Seperti sudah kecanduan, Pamela dengan cepat dekat dengan lelaki lain, yakni Franco. Sebenarnya, sang ibu sudah mengingatkan agar dia melakukan steril dengan cara injeksi.
Namun, karena sekali saja lupa menginjeksi, Pamela langsung hamil. Lebih mengejutkan lagi, hasil pemindaian menunjukkan bahwa dia mengandung tiga janin lagi.
"Itu benar-benar mengejutkan. Saya mulai membayangkan betapa sulitnya hidup dengan tujuh anak," katanya. Kemudian, dia melahirkan bayi kembar tiganya tersebut lima hari sebelum ulang tahun ke-17. Dia menamai ketiga bayi perempuannya tersebut Martina, Morena, dan Magali.
Dr Jose Alberto Oviedo yang menangani dua persalinan kembar Pamela menyebut kasus tersebut sebagai yang pertama di dunia. "Tidak ada catatan sebelumnya bahwa ada perempuan melahirkan dua kali kembar tiga dalam waktu berurutan," jelasnya.
Kasus tersebut mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Leones. Dewan kota membuatkan rumah kecil untuknya. Namun, dia memilih kembali ke rumah orang tuanya karena kerepotan harus merawat tujuh anak sendirian.
Soal pacar, sepertinya kini Pamela tidak bisa lagi menemukannya. Bukan karena tidak ada yang suka dengannya, tapi dia tidak memiliki waktu luang. "Saya sendirian saat ini. Namun, saya tidak punya waktu lagi," ucapnya.

Indo Pos; Rabu, 14 Mei 2008;
(http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=341479).

F. Pendalaman dan Refleksi
1) Cerita di atas menunjukkan bahwa manusia terkadang jatuh ke dalam godaan yang sama atau melakukan kesalahan yang sama bahkan hingga berkali-kali. Meskipun manusia diciptakan dengan pikiran yang tidak dimiliki makhluk lain, manusia sering kali melakukan sesuatu yang salah berulang-ulang karena manusia tidaklah sempurna dan terkadang tidak mampu menyadari kesalahannya serta lebih mengikuti keinginan sesaatnya yang menggoda namun merugikan daripada berpikir secara rasional.

2) Macam-macam godaan yang pernah kami alami sebagai remaja, antara lain:
- berbohong kepada orang tua;
- menghamburkan uang jajan untuk membeli barang-barang yang sesungguhnya tidak terlalu penting;
- mencontek saat ulangan;
- tidak mengerjakan tugas sekolah dan hanya menyalin.

Cara kami mengatasi godaan tersebut, antara lain:
- mengingat bahwa kami harus berpikir secara rasional dan memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang akan didapat dari mengikuti godaan tersebut;
- mengingat prinsip-prinsip pribadi yang seharusnya tetap dipegang teguh (mis. tujuan untuk sekolah adalah menjadi lebih berpendidikan dan bukan dengan mencontek atau menyalin jawaban orang lain);
- mengingat bahwa apa yang kita lakukan, meskipun tidak diketahui orang lain, pastilah diketahui diri sendiri dan Tuhan.

3) Ketika menghadapi godaan, kami merasakan adanya campur tangan Tuhan yang menolong kami. Hal tersebut melalui ingatan bahwa Tuhan mengetahui segala-galanya dan maha besar sehingga bila kami mengikuti godaan tersebut dan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan, Tuhan akan tahu dan kami akan malu (paling tidak kepada-Nya) karena sudah melakukan suatu dosa dengan mengikuti godaan yang menghadang.

4) Tuhan ikut campur tangan dalam mengatasi godaan yang menimpa diri kami dengan tidak memberikan suatu cobaan yang terlalu berat daripada yang mampu kami atasi. Ia tahu batas maksimum kemampuan diri kami dalam mengatasi rintangan yang berupa godaan tersebut sehingga tidak memberikan yang terlalu berat bagi kami.

5) Sebaiknya orang memohon pertolongan Tuhan dalam mengatasi godaan setiap saat karena godaan selalu datang menghadang manusia setiap saat, entah dalam hal-hal kecil (seperti membuang sampah tidak di tempatnya, bergosip dan merendahkan orang lain) hingga hal-hal yang besar (seperti memakai narkoba, melakukan hubungan seks bebas). Namun, pada kenyataannya, biasanya orang hanya ingat untuk memohon pertolongan pada Tuhan ketika keadaannya sudah berat atau dirasakannya benar-benar menyulitkan.

G. Pengembangan Religiositas
Manusia tidak boleh terhanyut oleh harta benda karena hal itu tidaklah kekal dan dapat membawa penderitaan. Benda selalu berubah tanpa henti, tidak ada sesuatu pun yang tidak berubah atau mampu bertahan. Bila berpegang pada sesuatu yang tidak kekal atau selalu berubah, hal itu akan membawa penderitaan. Hal yang harus dilakukan adalah menghindari perbuatan buruk, melakukan kebajikan, dan menyucikan pikiran.
Jenis-jenis pikiran yang perlu dihindari yaitu yang meliputi kesenangan indria, mengenai objek-objek yang ingin dimiliki, yang didambakan, dan terhadapnya kita mengikatkan diri; gagasan untuk menghancurkan, melukai atau membunuh orang lain; gagasan untuk melakukan sesuatu yang kejam.
Jenis-jenis pikiran yang benar meliputi gagasan yang berkenaan dengan pelepasan, bebas dari keinginan memiliki benda-benda yang biasanya didambakan orang; gagasan untuk tidak melakukan hal yang merugikan orang lain, yang timbul dari latihan kasih sayang; gagasan mengenai lenyapnya perbuatan kejam.

“Menyadari apa yang sedang terjadi adalah suatu pencerahan. Menyadari setiap fakta penderitaan adalah langkah pertama untuk melenyapkannya. Hal tersulit bagi yang sedang sakit atau seorang pecandu adalah mengenali penyakitnya sendiri. Kemajuan bisa terjadi hanya bila kesadaran itu muncul.”
― Damai Waisak Menyadarkan Kita akan Saling Ketergantungan, Sangha Agung Indonesia.

“Kita adalah apa yang kita pikirkan. Melalui pikiran kita membangun dan menghancurkan dunia.
Kita adalah apa yang kita pikirkan. Imajinasimu bisa melakukan lebih banyak kerusakan daripada musuh terbesarmu”
― Kutipan dari Dhammapada, kumpulan ajaran utama Buddha.

Dapat dilihat dalam kutipan-kutipan tersebut bahwa dalam mengatasi godaan, diri kita berperan sangat penting di dalamnya. Bila pikiran kita diisi oleh pikiran-pikiran yang tidak benar dan penuh dengan nafsu indria, hal-hal yang akan kita dapatkan pun akan berupa hal-hal yang tidak benar bahkan mampu menghancurkan diri kita sendiri maupun sekitar kita. Awal kerusakan yang ada bukanlah berasal dari diri orang lain, melainkan diri kita sendiri.

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk menjamin kesejahteraannya dan dasar hidupnya. Dalam diri manusia berkembang suatu kehausan yang tak terbatas akan kuasa dan kekayaan. Untuk menjamin hidupnya sendiri, sesama manusia menjadi saingan dan saling menguasai supaya ia bisa melindungi diri dan mendapatkan materiil bagi diri sendiri.
Godaan tersebut membawa perubahan dalam gambaran manusia tentang Allah. Perubahan tersebut menutup jalan bagi manusia untuk mengaku salah, untuk bertobat dan kembali percaya kepada Allah sebagai pemberi hidup. Manusia sulit untuk keluar dari lingkaran godaan tersebut karena kebutuhan untuk menjamin hidupnya sendiri sehingga ia membutuhkan belas kasih Allah.

“Para rasul berkata pada Tuhan, “Tuhan, kuatkanlah iman kami.” Tuhan menjawab, “Kalau kalian mempunyai iman sebesar biji sawi, kalian dapat berkata pada pohon murbei ini. ‘Tercabutlah engkau dan tertanamlah di laut.’ pasti pohon ini akan menuruti perintahmu.”“
― Lukas 17:5-6.

“"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya."“
― 1 Korintus 10:13.

Dari kutipan-kutipan tersebut terlihat bahwa iman merupakan hal yang penting sehingga perlu dikuatkan dan dikembangkan. Dengan iman yang kuat, kita akan mampu mengatasi godaan yang ada dan tidak mudah digoyahkan olehnya sebab godaan yang kita alami tidaklah melebihi kemampuan diri kita sendiri sehingga kita pastilah mampu mengatasinya. Dan ketika menghadapi godaan pun, Tuhan tak pernah meninggalkan kita dan memberikan kita jalan keluar untuk mengatasi godaan sehingga kita akan mampu mengatasi godaan tersebut.

Kisah jatuhnya manusia ke dalam dosa yang ada dalam Kejadian 3:1-24 merupakan bahan refleksi agar manusia senantiasa waspada agar tidak tergoda untuk menuruti keinginan melepaskan diri dari keterpautan dan ketaatannya kepada Allah. Beberapa cara yang dilakukan penggoda supaya manusia melanggar perintah Allah, yaitu membangkitkan keraguan, memutarbalikkan firman Allah, membangkitkan keinginan seakan melanggar perintah Allah akan membuat dirinya menjadi seperti Allah.
Beberapa cara untuk mengatasi godaan, antara lain:
· mengakui kelemahan kita dan datang pada Allah Roh Kudus untuk meminta kekuatan dari-Nya;
· mengenali sisi lemah dari diri kita, iblis biasanya mengondisikan keadaan pada sisi lemah kita masing-masing;
· maspada saat godaan itu mulai muncul pada alam pikiran, segera datang pada Tuhan untuk minta ampun dan minta kekuatan agar tidak jatuh;
· berperang melawan godaan, tidak kompromi sedikit pun (no pain no gain);
· menjauhi keadaan yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa;
· memandang ke depan, saat di mana kita mendapatkan kemenangan dan mahkota kehidupan, hidup ini adalah sebuah pertandingan rohani, kita harus berusaha untuk menang, ketika kita menang kebanggannya lebih dari seorang atlet Olimpiade berdiri di atas podium mendapatkan medali (zaman Yakobus: mahkota).

Setan menggoda manusia melalui berbagai hal, berupa bisikan negatif dalam dada manusia, antara lain:
· Ambisi yang berlebihan dan prasangka buruk terhadap Tuhan yang melahirkan budaya mumpung dan kekikiran. Hal ini diatasi dengan keyakinan terhadap kemurahan hati ilahi serta rasa puas terhadap hasil usaha maksimal yang halal;
· Gemerlap duniawi diatasi dengan sikap zuhud dan kesadaran ketidakkonsistenan kehidupan duniawi;
· Merasa lebih dari orang lain bahwa yang sedang dilakukannya adalah benar dan baik. Hal ini ditutup dengan kesadaran bahwa penilaian Tuhan ditetapkan dengan memperhatikan keadaan seseorang hingga akhir usianya;
· Memperkecil dosa atau menambah kebaikan sehingga orang melakukan dosa dengan alasan dosa kecil atau enggan berbuat baik dengan alasan malu karena amat sederhana. Hal ini ditampik dengan menyadari bahwa dosa dilakukan terhadap Tuhan dan bahwa Tuhan tidak menilai bentuk perbuatan semata-mata tapi juga niat dan sikap seseorang;
· Ingin dipuji (sebelum, pada saat, maupun sesudah melakukan suatu hal). Hal ini dihindari dengan menyadari bahwa Tuhan tidak menerima amal yang berpamrih.

“Seorang murid mencari sang rabbi dan berkata :”Aku tidak bisa bicara pada Tuhan.” “Itu sering terjadi,” jawab Nachman. “Kita merasa mulut kita terkunci, atau kata-kata tidak bisa keluar. Tapi, sekadar fakta bahwa kau sudah berusaha mengatasi situasi ini sendiri sudah merupakan sikap yang baik.” “Tapi itu tidak cukup.” “Benar. Di saat-saat seperti itu, apa yang harus kau lakukan adalah melihat ke langit dan berkata : ‘Tuhan Yang Mahakuasa, aku begitu jauh dari-Mu sehingga tidak bisa mempercayai suaraku sendiri.’ Karena sebenarnya Tuhan selalu mendengar dan menjawab. Kitalah yang tidak bisa bicara, karena takut Dia tidak akan memperhatikan kita.””
― Rabbi Nachman dari Bratzlava.

Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa berusaha mengatasi suatu godaan sendiri merupakan sesuatu yang baik namun diri kita sendiri tetaplah memerlukan Tuhan. Sayangnya, diri kita terkadang terlalu tertarik akan godaan hingga tak menyadari bahwa Tuhan mendengar dan menjawab kita sehingga merasa tidak dapat berbicara dengannya.

Keterikatan manusia akan benda-benda keduniawian disebabkan oleh kurangnya kebijaksanaan. Manusia sering diombang-ambingkan oleh pasang surut gelombang benda duniawi yang menimbulkan perasaan seperti duka, iri hati, marah, dan gelap. Oleh karena itu, keterikatan manusia akan benda kenikmatan duniawi yang sering menggoncangkan hidup dan ketenteraman sukma merupakan hal yang sia-sia.
Dengan menyerahkan diri dan sujud terhadap Tuhan maka Tuhan akan menuntun ke jalan yang benar. Tuhan akan membimbing dalam segala gerak dan langkah dan memurnikan hati sehingga memiliki kebajikan dan budi luhur yang diarahkan terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan sesama makhluk dan dapat mencapai kebahagiaan hidup kini, akhirat, dan dalam penjelmaan yang akan datang.

““Oleh karena itu, janganlah sekali-kali bersedih hati; sekalipun hidupmu tidak makmur; dilahirkan menjadi manusia itu, hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina sekalipun””
― Sarasamuscaya 3 – 4.

Dari kutipan tersebut, dapat diartikan bahwa sesungguhnya bila manusia mampu mengendalikan antara apa yang dimilikinya dan apa yang diinginkannya, mereka tidak akan perlu jatuh ke dalam godaan yang menjerumuskan seseorang ke dalam situasi yang pada akhirnya tidak menguntungkan. Juga berarti bahwa manusia sudah dilahirkan sebagai manusia dan itu juga merupakan hal yang luar biasa, untuk itu, tidaklah perlu untuk bersedih karena sesuatu yang tidak dimiliki dan jatuh ke dalam godaan untuk memilikinya sebab menjadi manusia itu sendiri sudah merupakan hal yang besar. Yang terpenting adalah tidak menjadi seseorang yang serakah.


“Hati manusia senantiasa rawan, hati di dalam Dao (Jalan Suci) itu muskil rahasia. Senantiasa peganglah Yang Saripati, Yang Satu, tekun teguhlah memegang yang Tepat Tengah; Tengah Sempurna.
Hormat takutlah akan kuasa mulia TIAN Yang Maha Esa, senantiasa akan beroleh perlindungan. Hidup lestari Manunggal Firman (Pei Ming) akan membawakan bagi diri banyak rahmat. Dipermuliakanlah.”
― Qin Zai.

“Hormat-hormatlah sungguh TIAN Maha Cerah, Tuhan Yang Maha Besar Maha Tinggi, senantiasa melindungi Kebajikan. Dipermuliakanlah.
Dari Iman menjadi cerah batin, itulah dinamai oleh Watak Sejati (Xing), dari cerah batin menjadi beriman dinamai oleh bimbingan Agama. Yang beriman tentu cerah batin, yang cerah batin tentu beriman. Dipermuliakanlah.
Jangan mendua hati, jangan bimbang, Tuhan Yang Maha Tinggi menyertaimu oleh ridho TIAN Yang Maha Esa, akan diterima rahmat bahagia tanpa batas. Dpermuliakanlah.”
― Xs. Tjhie.

Kedua kutipan tersebut menunjukkan bahwa ketika manusia berlindung pada Tuhan, maka rahmat akan datang, kuasa-Nya sangat besar dan tak terbatas. Ketika seseorang sudah memiliki iman yang kuat, maka pikiran dan batinnya akan menjadi cerah. Hal tersebut menyebabkan iman akan menjadi semakin kuat dan berkembang. Ketika sudah beriman, hati tidak akan ada keraguan karena sadar bahwa Tuhan selalu menyertai sehingga godaan dapat dengan mudah diatasi.

H. Evaluasi
1) Identifikasi macam-macam godaan:
Terdapat godaan yang bersifat fisik dan abstrak (tidak terlihat). Godaan yang bersifat fisik berupa godaan akan harta benda yang ada di dunia, seperti uang, rumah, mobil. Godaan yang bersifat abstrak berupa godaan akan perasaan puas akan diri sendiri, seperti sombong, ingin dipuji, berbohong, melukai orang lain.

2) Pengalaman kami dalam menghadapi situasi ‘sulit’ yang membuat diri kami tergoda, salah satunya yaitu ketika mengerjakan tugas sekolah yang terasa sangat banyak dan menumpuk serta ketika mengerjakan ulangan sekolah. Godaan-godaan tersebut datang berkali-kali dan hampir setiap saat ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah (dalam mengerjakan tugas sekolah). Tugas sekolah terkadang terasa sangat berat dan menumpuk sehingga kami tergoda untuk menyalin pekerjaan orang lain untuk mempermudah pengerjaannya; ulangan sekolah juga terasa berat karena bahan yang diberi terasa banyak dan diberikan dalam waktu singkat serta terkadang beberapa ulangan dilaksanakan dalam satu hari sehingga tergoda untuk mencontek saat ulangan. Namun, kami ingat bahwa mencontek adalah hal yang merugikan dan beresiko sehingga belajar semampu mungkin daripada memikirkan kemungkinan melakukan godaan tersebut dan ingat bahwa menyalin merugikan orang yang telah mengerjakannya dengan susah payah sehingga tidak seharusnyalah kami hanya menyalinnya seenak hati tanpa berusaha lebih keras.

3) Deskripsi arti godaan:
Godaan merupakan sesuatu yang menghasut atau memperdaya kita untuk melakukan hal yang seharusnya tidak kita lakukan atau hal yang dapat menimbulkan dosa maupun hal yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi prinsip diri kita sendiri.

4) Contoh teks atau cerita kitab suci agama dan kitab ajaran kepercayaan yang berkaitan dengan cara Tuhan menolong manusia mengatasi godaan, antara lain:
- Matius 6:13; Lukas 22:40
“Dalam beberapa kesempatan, Kristus meminta murid-muridNya untuk berdoa sehingga mereka tidak jatuh ke dalam pencobaan.”
- 1 Korintus 10:13
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya."
- Sahih Muslim
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak seorang pun di antara kamu melainkan telah ada jin (Qarin) yang ditugaskan pemimpinnya untuk selalu menggodanya.” Tanya para sahabat, “Anda juga, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Ya, aku juga. Tetapi Allah selalu melindungiku dari godaan mereka, sehingga mereka yang menggodaku akhirnya Islam(menyerah). Kerana itu mereka tidak berani menyuruhku melainkan untuk kebaikan.”
- Sahih Muslim
Dari A’isyah r.a. Isteri Rasulullah s.a.w., dia menceritakan bahawa pada suatu malam Rasulullah s.a.w. pergi dari rumahnya (rumah A’isyah). Kata A’isyah, “Kerana aku cemburu kepada beliau. Setelah beliau kembali, beliau memperhatikan tingkah lakuku lalu beliau bertanya, “Mengapakah engkau hai A’isyah, cemburukah?” jawabku, “Bagaimana wanita seperti aku tidak cemburu terhadap lelaki seperti anda?” Tanya beliau, “Apakah syaitanmu telah datang pula menggodamu?” Jawab A’isyah, “Ya Rasulullah, apakah aku bersama syaitan?” Jawab beliau, “Ya!”. Tanyaku, “ Apakah setiap orang begitu?” Jawab, “Ya!”. Tanya, “Anda sendiri juga?” Jawab, “Ya! Tetapi aku dilindungi Tuhanku sejingga aku selamat.”
Ayat 16 : Seperti pelatih gajah mendisiplinkan gajahnya .
- Dhammapada (Sutra Dharma) volume 4
Buddha Sakyamuni berkata : Di masa lalu pikiranku mengikuti rangsangan dan mencari kesenangan . Tubuhku selalu mengejar nafsu tanpa kenal lelah . Sekarang aku tahu harus menghindari godaan dari rangsangan luar , melakukan refleksi diri sendiri dengan tenang dan menjadikan diriku sendiri sebagai tuan bagi tubuh dan pikiran ku sendiri . Ini seperti pelatih gajah menggunakan kait untuk mendisiplinkan seekor gajah yang akan belajar mendengarkan tuannya lewat latihan-latihan .
- Dhammapada (Sutra Dharma) volume 4
Buddha Sakyamuni berkata : Bagaimana cara yang beanr dalam melatih tubuh dan pikiran ? Menganalisa dan menjaga pikiran kita dengan tenang , bahkan saat kita berada dalam keadaan senang . Jangan biarkan rangsangan terhadap indra menyerang pikiran kita yang tenang . Selamatkan diri kita sendiri dari godaan luar , sepertio gajah melompat dari kubangan setelah jatuh .

6) Hasil kegiatan tukar-menukar perilaku dengan teman yang telah kami lakukan berjalan dengan baik, antara lain yaitu belajar bersama-sama sebelum ulangan tiba sehingga tidak tergoda untuk mencontek ketika ulangan; membagi tugas ketika mengerjakan tugas yang dianggap banyak sehingga setiap orang bekerja sesuai bagiannya masing-masing dan tidak ada yang hanya menyalin tanpa bekerja. Dengan melakukan tukar-menukar perilaku tersebut, kami dapat mengontrol satu sama lain sehingga tidak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dan juga lebih mampu mawas diri terhadap apa yang kami lakukan.

No comments: