Sunday, February 1, 2009

Misteri Peristiwa G 30 S



Judul: Epilog Kudeta G 30 S/PKI
“Siapa Melawan Siapa?”
Penulis: Drs. Husnu Mufid, M.Pd.I
Penerbit: JP Books, Surabaya
Cetakan: I - Maret 2008
Tebal: xii + 100 halaman

Gerakan 30 September serta peristiwa kelanjutannya (Surat Perintah Sebelas Maret/Supersemar) hingga saat ini masih merupakan sebuah tanda tanya besar. Tidak ada yang benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi atau yang tidak terjadi, siapa dan hal apa saja yang sesungguhnya terlibat, untuk apa, dan mengapa. Peristiwa tersebut masih merupakan bayang-bayang yang belum memiliki kejelasan pasti.
Berbeda dengan buku-buku lainnya yang membahas mengenai peristiwa tersebut dalam lembaran-lembaran halaman yang tebal, buku ini membahasnya secara ringkas bagi pembaca awam yang ingin sekedar tahu atau untuk menambah sedikit tambahan perspektif dalam peristiwa G 30 S tersebut.
Buku ini menceritakan menceritakan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan G 30 S dalam 100 halaman yang dibagi menjadi 4 bab. Dimulai dengan menjelaskan mengenai proses kudeta 30 September; yang meliputi kekuatan Pancasila kontra G 30 S/PKI, penyelesaiannya yang terkatung-katung, dan interpretasi atas kudeta G 30 S.
Di bab pertama tersebut, penulis menyajikan hal-hal kontroversial yang selalu muncul ketika membahas mengenai G 30 S, seperti siapa yang seharusnya bertanggung jawab dan mengenai penyelesaiannya yang tidak jelas. Namun, berbeda dengan penulis-penulis lainnya yang mengarahkan ‘tuduhan’ terhadap Soeharto, hal yang perlu diperhatikan yaitu sudut pandang baru yang dikeluarkan oleh penulis yaitu apakah sebenarnya Presiden Soekarno-lah yang melakukannya.
Hal tersebut sangat menarik karena pada umumnya, Presiden Soekarno ditempatkan pada posisi ‘korban’ dalam peristiwa ini. Meskipun begitu, hipotesis tersebut tidaklah tidak mungkin terjadi. Apalagi, bila ditelaah lebih dalam akan terasa masuk akal karena PKI merupakan partai yang dekat dengan dirinya dan banyak kemungkinan bahwa dirinya sudah terhasut PKI dan kemudian melakukan gerakan tersebut demi mempertahankan kedudukannya yang terancam tergeser pada masa itu.
Dilihat dari sisi lain, akan terasa janggal karena mengapa dirinya yang telah menyusun ‘segalanya’ namun ternyata malah dirinyalah yang dijungkirbalikkan oleh bawahannya sendiri. Apakah Soekarno adalah seorang perencana yang sebegitu buruknya hingga tidak memikirkan ‘efek samping’ dari apa yang telah direncanakannya?
Meskipun menarik untuk dibahas, penulis tidak merincikan secara jelas bagaimana dan apa yang dimaksudkannya melalui hipotesisnya tersebut sehingga pembaca perlu merincikannya sendiri tanpa mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam pikiran sang penulis. Malah, berbeda dengan tujuan awal pembahasannya, penulis menyimpang kembali ke Soeharto serta masalah CIA yang menyebarkan desas-desus Dewan Jenderal.
Di bagian kedua, diterangkan mengenai awal yang menentukan dari gerakan aksi massa, tumbangnya orde lama hingga lahirnya orde baru; serta di bagian ketiga mengenai lahirnya Supersemar. Gerakan G 30 S tidak pernah terlepas dari rentetan kejadian-kejadian selanjutnya dan hal tersebut turut serta dijelaskan secara ringkas dan cukup padat untuk dipahami.
Gerakan massa atas peristiwa G 30 S tersebut bermacam-macam hingga akhirnya mengakhiri orde lama dengan Supersemar dan memulai orde baru. Dari sana dapat terlihat bagaimana rapuhnya bangsa Indonesia yang dapat dengan mudahnya menerima pemimpin baru tanpa adanya kejelasan pemindahan kekuasaan. Tidak adanya tuntutan akan kejelasan Supersemar tersebut menandakan ketidakpedulian masyarakat di luar masalah kesejahteraan mereka.
Dan patut disesali bahwa tuntutan akan kejelasan Supersemar baru dilancarkan setelah peristiwa tersebut berselang lama sehingga pelaku-pelaku yang terlibat sudah sulit disatukan untuk ‘ditanyai’ dan surat itu sendiri tidak jelas berada di tangan siapa karena pastilah surat yang membawa banyak kontroversi tersebut sudah ‘diamankan’ oleh pihak yang merasa dirugikan olehnya.
Tanpa disadari, kejadian ketidakjelasan Supersemar menjadi misteri yang tidak terpecahkan meskipun banyak yang mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya berada di dalam surat tersebut. Yang berbeda dalam buku ini adalah sang penulis berusaha menjelaskan mengenai surat tersebut dan bahkan melampirkan isi surat tersebut dalam halaman-halaman akhir buku tersebut. Namun tidak ada kejelasan mengenai surat yang dilampirkan seperti dari mana sumber asal didapatkannya data mengenai Supersemar tersebut.
Yang patut disayangkan, buku ini tidak disertai kesimpulan dari sang penulis padahal salah satu aspek penting yang diperlukan dalam menyusun suatu buku ilmiah adalah diperlukannya suatu kesimpulan di bagian akhir sehingga pokok-pokok pikiran yang ada mampu disatukan serta tidak ada kesalahpahaman antara pembaca dan penulis.
Mengenai hal lainnya, beberapa hal dapat membuat pembaca merasa bosan dan ‘tertipu’. Konsep bagus yang dimiliki penulis tidak mampu dirangkum dalam buku tersebut karena terlihat kurang matang dalam hal-hal teknis seperti pengetikkan beberapa hal berulang-ulang tanpa diperlukan serta penataan kalimat yang satu dan selanjutnya yang kurang atau bahkan tidak sinkron.
Padahal hal tersebut tidak seharusnya terjadi bila pengeditan dilakukan dengan saksama sehingga pembaca tidak perlu merasa dirugikan karena sulit mengerti akan apa yang dimaksudkan oleh penulis tersebut. Dalam hal ini, pepatah yang mengatakan bahwa jangan menilai sebuah buku dari sampulnya ternyata tidak jauh dari kenyataan karena sampul dan judulnya yang menarik ternyata masih memiliki banyak kekurangan.
Kelemahan lainnya yaitu sumber-sumber yang digunakan untuk membuat buku ini hanya terdiri dari sumber-sumber tertulis tanpa dukungan sumber lisan sehingga ketika membaca buku tersebut terasa ada yang kurang.
Namun, tentu saja, kelemahan tersebut tertutupi karena buku ini mampu menyajikan informasi penting secara ringkas. Yang lebih penting lagi, buku ini tidak mengarahkan pembacanya ke arah yang rancu atau memutarbalikkan fakta yang ada dan membuka pikiran pembaca akan masalah G 30 S tersebut ke dalam wilayah yang lebih luas

No comments: